07 Maret 2009

Tujuh malam kuhabiskan waktu untuk menyepi…
Karena ku ingin melupakan bahkan semua hal yang berhubungan denganmu…
Ku tak rela sungguh, menempatkanmu pada posisi tertinggi di hatiku sementara kau hanya menganggapku sebagai titik belaka!
Aku marah, benci pada kenyataan bahwa lagi-lagi nasib tak bermurah hati padaku…
Huh!!! Kau masih merajai kenanganku yang berusaha sekeras mungkin kuhalau…
Nyatanya… memang tak bisa ku menghapusmu…


Hardly difficult I to become perfect…
So commonly I to make mistakes…
Coz the holly perfectness would never be mine…
I want to beg your forgiveness for the things I did wrong… Happy Lebaran!


Seperti daun yang menguncup, mekar, menjadi dewasa dan layu… ramadhan pun begitu,
Ia datang, terus melaju, menempa kesabaran dan menggelitik iman…
Hingga ia berakhir dan datanglah hari fitri… Met Lebaran…



Setiap tetes hujan yang jatuh seolah mewakili riak kecemasan yang berusaha kuredam,
Yang pada akhirnya hanya berbuah sia-sia
Tapi sedikitpun tak bisa kuhalau rasa itu
Tak sekejap pun kulupakan kecemasan itu…
Bahkan waktu puun mengejek,mencibir pada lemahnya kemampuanku berlapang dada..
Duh, ku tak ingin kecemasan itu merajai, walau tak kuasa jua akhirnya ku abaikan…
Ia masih menggelitik, memancing emosiku untuk muncul dan mengembangkan kecemasan itu ke permukaan,



Tak cukup waktu bagiku untuk ouas menilikmu dari berbagai pandangan,
Tak sempat ku ungkap risalah hati yang sesungguhnya menyiksa diantara pijaran cahaya dan lalunya detik kebersamaan kita…
Aku yang memulai mencipta kehancuran itu, saat kau mungkin menyimpan penggalan cinta untukku.
Tapi apa yang kau perjuangkan hanya sebatas dimana kau berpikir : “aku tlah mengemis padamu, tapi kau hanya membatu” sedang aku disini demikian berharap pengorbananmu jauh dari itu…
Seperti terkena amnesia kukira jalinan ini pada akhirnya, lebih dari lupa, kita bahkan tak sempat berucap maaf, walaupun hari yang fitri telah melesat pergi…
Diamku memikirkanmu, hanya mengorek rasa kesal dan menguar kekesalan tersendiri terhadapmu…
Kembali lagi, pada kehidupan lama yang menenggelamkanku di dalamnya…tanpamu selamanya!




Detik jam yang kudengar terasa berbeda kali ini…seperti menyeretku pada masa dimana kupuja waktu, mengingatkanku pada usangnya cerita tentang menguapnya kepercayaan pada yang kuhormati, dan sekali lagi mencitrakan imagi tak terduga dengan lebih jelas…
Detik jam itu seakan berdetak semakin cepat, melewati lingkaran-lingkaran kesedihan yang tadinya mengkungkungku selama sehela waktu, sebelum akhinya ia menyembuhkan luka, membasuh kecewa, dan memperbaiki jalinan kisah, atau mengenangnya menjadi sebuah cerita hidup.
Jam itu merekam gelisah, menyadap setiap rasa yang singgah di kerumitan pengalaman, meleburnya jadi satu!




Mentari tak pernah bersemayam dalam hatiku, seakan ia tak sudi mendekam di bagian sisi hatiku yang tak terdefinisi



Huh, seluruh dunia hanya peduli pada sosok fisik, tanpa peduli ada yang jauh lebih penting dan berharga daripada itu, seisi buana mencibir pada kesejatian, bersorak riuh pada terhadap kebersahajaan… semua tak lagi bisa melihat, semua tak mampu lagi merasa, dan perlahan mereka akhirnya menjadi multi tuna, abai terhadap kewajibannya dan hanya mengedepankan kesemuan!!



Though life still gives me chance, but it can’t bring me the past back
Though God opens His forgiveness widely, still, it can’t erase all mistakes I’ve done
Though there’s only a second left for me, I have to live this life with some efforts
And though there isn’t a place for me to steps, I am sure God will point me the way…



Dua pilihan selalu membingungkan, mengaduk-aduk prasangka, memunculkan dugaan-dugaan, dan menyita lebih banyak waktu untuk otak berpikir, menimbang, kemudian akhirnya memutuskan…
Dua pilihan disisi lain juga menguntungkan, karena akan terpilih yang terbaik diantara dua, seperti baik dan buruk, seperti berusaha dan menyerah, seperti giat dan malas…
Ah, tetap saja kebingungan menggelayutiku, walau tulisan ini sampai pada titik akhirnya…




Sebuah kata akan menjadi sia-sia jika tanpa makna,
Hal yang besar takkan berarti tanpa keberadaan hal kecil,
Dan IDUL FITRI tak terasa indah jika tak saling memaafkan
Mohon maafku dari hati… untukmu!




Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah adalah mengenalmu,
Walaupun tak kusesali sungguh, karena kau menghunjam dlam memoriku yang terdalam
Dan menjadi keeping teramat istimewa bagiku…..
Kebahagiaan terindah yang tak bisa terelakkan adalah saat bersamamu,
Dimana aku pertama kali merasa menjadi yang paling beruntung menyandingmu…

Kau tau, setelah semua kebencian ku eliminir, hanya hampa yang menyiksa, karena tanpamu selamanya!